Selasa, 26 Februari 2019

Sebentuk Tinjauan: Aku dan UT

Mengimla nukilan-nukilan hamba, dipetik simpulan bahwa opsi tutur dan lagamnya kelewat boyak. Di tulisan ini, hamba akan berupaya memfungsikan lema berlainan, sebentuk padanan dari setiap terma. Sungguh diniscayakan sebentuk tesaurus.

Di dalam giliran ini, hamba akan mencatat secuil liku-liku hidup sebagai mahamurid di Universitas Terbuka. Sekadar untuk dimafhumi, selepas SMA di tahun 1987, karena tidak berjaya di SNMPTN (dahulu labelnya SIPENMARU), hamba berguru di sebuah sekolah tinggi partikelir di Bandung. Sayangnya setop di paruh lintasan lantaran sejumlah kilah yang tidak penting dikisahkan di sini.

Universitas Terbuka yang ditetapkan pada warsa 1984 mengaplikasikan cara studi blak-blakan dan ruang sela panjang antara dua tempat. Blak-blakan takrifnya gamblang pada segenap sonder menaksir baya dan situasi buritan, kendati kondisi edukasi sedikitnya SMA. Ruang sela panjang antara dua tempat maknanya mahamurid yang mencari ilmu di UT tidak wajib berlihat wajah dengan pensyarah. Selepas memperoleh bahan materi pokok atau modul, mahamurid dimohonkan untuk studi otonom sampai momennya melakoni ujian akhir semester (UAS).

Minggu, 24 Februari 2019

Broni dan Kontroversinya

Di postingan sebelumnya Yo, Ayo Yo.. Lari Pagi, saya menyinggung tentang Broni, anjing teman setia olahraga pagi. Di sini saya mau cerita sedikit tentang asal mula anjing baik tersebut. Broni tidak pernah dijual atau dibeli. Tidak pula saya mendapatkannya dari siapapun. Broni sudah ada di rumah tempat sekarang saya tinggal sejak saya pindah ke sini, sekitar lima tahun lalu. Para penghuni rumah saat itu tidak sengaja memelihara Broni, karena Broni dulu anjing liar yang mencari tempat perlindungan. Merasa iba, para penghuni rumah kadang memberi Broni sisa-sisa makanan.

Waktu saya mulai tinggal di sini, Broni sering muncul sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Kilas balik sedikit, dulu waktu saya kecil, keluarga kami pernah memelihara anjing hasil temuan, tapi masa memelihara anjing hanya singkat karena anjing tersebut keburu mati, entah sebab sakit atau diracun orang, matinya kejang-kejang dengan mulut berbusa. Jadi, pengalaman berinteraksi dengan anjing di masa kecil tidak memberi referensi apapun tentang bagaimana menghadapi seekor anjing. Saya hanya mencoba mengingat-ingat apa kata Cesar Millan tentang anjing di beberapa episode yang pernah saya tonton.

Sabtu, 23 Februari 2019

Yo, Ayo Yo.. Lari Pagi

Sudah sekitar dua tahun ini saya rutin berolahraga setiap pagi. Awalnya cuma jalan kaki di seputar lingkungan tempat tinggal. Tidak lama, paling cuma sekitar 30 menit. Setelah 1-2 bulan jalan pagi rutin, saya merasa perlu meningkatkan beban latihan dengan mulai berlari alias joging.

Dilakukan bertahap, kegiatan jalan mulai diselingi lari. Sebentar jalan lalu lari, lalu jalan lagi, kemudian lari lagi. Setelah pemanasan dengan jalan kaki beberapa keliling, biasanya di halaman Taman Budaya, dilanjutkan berlari selama sekitar 20-30 menit. Larinya juga pelan saja, tidak perlu sprint, yang penting berirama. Maksudnya berirama, temponya tetap, bersesuaian dengan degup jantung.

Karena lingkungan tempat tinggal jalannya tidak rata semua, sebagian ada yang menurun, sebagian menanjak. Jadi jalur lari saya tidak melulu rata, tapi naik turun. Pas di bagian tanjakan yang lumayan berat. Tapi setelah rutin lari di tanjakan, rasanya tidak terlalu berat lagi; sudah beradaptasi mungkin kedua tungkai, juga tubuh saya secara keseluruhan.

Kamis, 21 Februari 2019

Misteri Hilangnya LJU (Lembar Jawaban Ujian)

Assalamualaikum, om swastyastu, sotthi hotu, shalom, wei de dong tian, salam sejahtera bagi kita semua.

Alhamdulillah akhirnya saya mulai menulis lagi di blog Lidah Tak Bertulang kesayangan. Lama juga saya sudah menelantarkan blog ini. Saya harap para pengunjung yang tersesat kemari dalam keadaan sehat sejahtera.

Jadi begini, keinginan mulai menulis lagi berawal dari sebuah peristiwa agak mengharukan. Sebelum saya mulai bercerita, perlu dijelaskan bahwa di usia saya yang setengah abad, saya adalah mahasiswa di Universitas Terbuka program studi Sastra Inggris bidang minat Penerjemahan.

Ilustrasi: buku
Pada Desember lalu, saya ikut UAS semester tiga. Pada Februari ini, hasil ujian keluar. Dan ternyata nilai satu mata kuliah yaitu Writing III tidak ada di daftar nilai ujian. Setelah menanyakan pihak UT Bandung, kesimpulan yang disampaikan kepada saya, lembar/buku jawaban ujian saya tidak dapat ditemukan alias hilang!

Setelah ditelusuri pihak UT Bandung, menurut mereka lembar jawaban ujian saya tidak pernah diperiksa penilai di kantor UT Bandung. Artinya, lembar jawaban ujian saya hilang di antara lokasi ujian dan kantor UT Bandung. Meski cukup aneh karena saat saya menanyakan, pihak UT Bandung perlu menghubungi UT pusat dan mencari tahu keberadaan LJU saya. Mengapa aneh? Karena jika memang benar LJU saya tidak pernah dinilai oleh penilai di kantor UT Bandung, artinya LJU saya tidak pernah terkirim ke UT pusat.