Minggu, 24 Oktober 2010

Pembalasan Dendam Usia Lanjut oleh Paulina Porizkova

Usia lanjut adalah pembalasan dendam si buruk rupa, sebuah pepatah Perancis, yang pertama kali saya dengar di usia 15 pada saat tiba di Paris. Saya melewatkan waktu sebagai si buruk rupa di sebuah sekolah di Swedia dan baru saja di-upgrade jadi cantik. Ego saya masih rapuh dan pikiran saya masih terpompa penuh dengan cendekiawan, sok seniman hasil belajar sendiri, dan banyolan-banyolan aneh, yang mana dilalui oleh seorang yang buruk rupa. Yang, tentu saja, segera saja saya sadari, adalah justru terbayar oleh seseorang yang mengalami penuaan: Kecantikan memudar, namun sebuah pemikiran yang secara terus menerus memberi energi akan bersinar bahkan lebih terang seiring usia. Saya segera saja menggunakan pepatah Perancis tersebut sebagai motto pribadi dan menepuk bahu saya sendiri dengan rasa puas. Saya akan berlanjut dengan kecerdasan, saya berjanji, tidak peduli secantik apa pun saya nanti jadinya. Dan kemudian, di umur sekitar 35, saya akan menjadi begitu sangat cerdasnya, dan menjadi semacam wanita tua yang menarik.

Pada beberapa wawancara saat saya berusia 17 atau 18, saya memberi wejangan tentang keindahan menjadi tua dan kearifannya, dan membual tentang bagaimana saya menantikan datangnya keriput pertama. Betapa idiotnya.

Kesadaran saya tentang penuaan terjadi tepat pada ulang tahun saya yang ke tiga puluh enam, saya tidak tahu kenapa, pada hari itu, saya memandang cermin dan menjadi sadar bahwa wajah saya sudah tidak lagi terlihat muda. Saya tidak terlihat jelek: hanya kesegarannya entah bagaimana sudah lenyap. Saya segera saja menjadi terlalu sadar diri dengan penampilan, pergi keluar dan membeli krim wajah paling mahal (sebagai informasi, tidak ada pengaruh apa-apanya) dan mulai berperang dengan penerimaan, sesuatu yang harus saya lakukan hampir setiap kali saya bercermin.

"Oh tentu saja Nona Supermodel, pastinya sulit buat kamu," mungkin begitu yang kamu pikir mengasihani. (Saya juga mendengarnya dikatakan terang-terangan lebih dari sekali, meskipun, anehnya, nadanya lebih terdengar menyindir daripada kasihan). "Kamu selalu terlihat lebih cantik dibandingkan perempuan kebanyakan," percakapan berlanjut, "jadi berlangsung tanpa mengatakan, kamu tetap (cantik), paling tidak di dalam kategori usia kamu." Hm saya tahu itu adalah sebuah pujian, jadi kenapa saya tidak melonjak kegirangan?

Mungkin karena tidak ada penuaan yang terjadi seburuk ego seorang wanita cantik.

Saat kamu terbiasa dengan satu jenis perlakuan, rasanya sulit untuk mendapatkan pengurangan, bahkan jika perlakuan tersebut lebih baik dibandingkan dengan perlakuan terhadap orang kebanyakan. Huuhuu. Saya tahu. Hidup saya menyebalkan. Sekarang, saya tidak begitu tahu di usia berapa persisnya kecantikan melenyap dan "pasti dulunya pernah cantik" dimulai. Memang benar bukan di usia empat puluh lima. Saya masih bisa mendapatkan perhatian bila saya sungguh-sungguh berusaha, bahkan jika berkurang banyak. Tapi pernahkah saya bermimpi untuk merindukan saat saya tidak bisa melewati segerombolan pekerja bangunan tanpa diganggu? Saat-saat sekarang ketika seseorang menyiuli saya, kebanyakan adalah pembawa pesan bersepeda yang meminta saya menyingkir untuk bisa lewat.

Menjadi percaya diri karena bagaimana saya terlihat mempengaruhi orang lain, saya biasa menggunakannya sebagai tambahan uang tunai. Benar, hal ini berhasil kebanyakan terhadap populasi pria, namun ekstra kecil tambahan yang saya dapatkan dari mereka tersebut - seperti memohon untuk tidak memberi saya yang kecil dan malang ini surat tilang, atau membiarkan pintu terbuka lebih lama atau mencoba lebih keras untuk mendapatkan kursi kosong di pesawat - saya anggap memang sudah seharusnya.

Seperti hal lainnya dalam hidup, selalu ada balasan terhadap sesuatu. Kecantikan, tidak seperti pemberian lain yang didapat melalui kelahiran, tidak membutuhkan pengabdian, kesabaran dan kerja keras sebagai balasan. Namun juga menjadi satu-satunya pemberian yang TIDAK selalu diberikan. Biasanya mekar di usia saat kamu belum cukup dilengkapi perbekalan untuk memanfaatkannya, dan malah menganggap hal tersebut sesuatu yang sudah seharusnya, dan di saat kamu mulai memahami tentang nilainya, perlahan-lahan menetes pergi. Bagaimana hal itu semua menjadi pembalasan si buruk rupa?

Bagi saya, membiarkan diri saya menua artinya menjadi nyaman dengan diri sendiri. Ya, maaf, menurut saya sedikit suntikan di sana sini, dan tarikan kulit di sana sini, dan penghilangan lemak di sana sini, artinya kamu masih perlu membuktikan sesuatu; kamu masih belum merasa nyaman di dalam kulit kamu. Keindahan menjadi tua seharusnya tentang memperoleh kebijaksanaan dan dengan kearifan, sebuah penerimaan dan perayaan tentang siapa diri kita. Apa yang kita ingin orang lain lihat artinya kita belum memperoleh kearifan tersebut. Penuaan menjadi sesuatu untuk dilawan, bukan diterima. Penuaan menjadi sesuatu untuk dibatasi. Pembatasan dari sesuatu.

Kita bisa bilang suntikan benda asing ke bawah kulit kita sebagai "tidak ada hubungannya" mengingat hal tersebut tidak melibatkan operasi. Jadi bagaimana jika Botox membuat kamu terlihat seperti film yang kaku, atau lebih buruk, boneka orang dari kaus kaki yang tidak cocok antara apa yang kamu katakan dengan apa yang kamu rasakan, dan kamu membuat keluarga dan teman-teman seperti penderita sindrom Asperger?

Bagaimana kalau kamu coba filler saja? Jadi kamu bisa bilang dengan bangga "tanpa Botox di sini" dan lupa untuk menyebutkan zat-zat lain yang sekarang tinggal di kulit ari kamu. Masalahnya, sepertinya saat kamu membetulkan garis kerutan di dahi kamu, dahi kamu jadi terlihat amat keriput. Dan saat kamu membetulkannya, mata kamu jadi terlihat sangat cekung, kamu jadi perlu sentuhan tulang pipi tambahan. Dan tiba-tiba kamu terlihat hebat selama kamu tidak menggerakkan satu otot wajah pun. Karena jika itu terjadi, sebuah kedutan akan memunculkan sebuah bentangan utuh dari zat-zat di bawah kulit yang memang tidak seharusnya ada di situ. Jadi kamu mungkin perlu menggunakan sedikit Botox untuk memperbaikinya dan... dan abu-abu mungkin sedikit lebih mudah bercampur dengan pirang dan... sebelum kamu mengetahuinya, kamu sudah bergabung dengan aliran sesat Scandinavian Stepfords. Anggota kaum ini, seperti si orang Itali yang pernah berambut coklat Madonna, dan si orang Australi yang pernah berwajah bintik-bintik berambut merah Nicole Kidman, kini tidak menyerupai siapa pun kecuali si pirang orang Amerika Barbara Walters, yang bisa saja, sebaliknya, tidak hanya menjadi ibu mereka, tapi juga saudara perempuannya Linda Evans. Mereka semuanya bertulang pipi tinggi, pirang dengan kulit mulus Skandinavia. Tapi hanya satu yang 'dari sono-nya' memang terlihat seperti itu.

Sekarang biarkan saya menyatakan sekali dan untuk semua, saya tidak menentang operasi plastik. Pada banyak kasus bisa sangat memperbaiki kualitas hidup bahkan menyelamatkannya. Dan bahkan pada kasus-kasus yang lebih sembrono, saya tidak ada masalah dengan seorang wanita yang memilih untuk melakukan sedikit ini dan itu selama hal tersebut membuatnya merasa lebih baik, selama ia mengakuinya. Tidak ada yang mengganggu saya separah selebriti yang menentang penuaan dan memperoleh penampilannya dengan "makanan sehat dan yoga." Saya tahu hal tersebut bulls**t. Kamu mungkin tidak. Tapi saya bisa jamin kita berdua merasa buruk dengan penampilan kita, dengan cara kita memasrahkan diri, sementara Michelle Pfeiffer dan Demi Moore terlihat tidak lebih tua sehari pun dari usia 30.

Baru-baru ini saya lihat komentar di blog yang saya tulis dari seorang wanita yang bilang bahwa masalah saya adalah saya jelas sirik dengan wanita-wanita yang saya kritik tersebut, karena mereka tidak hanya cantik tapi juga sukses, sesuatu yang jelas-jelas bukan saya. Itu membuat saya terdiam sejenak. Apakah saya hanya sirik? Apakah semua hasil kreatif saya benar-benar percaya dengan dasar emosi ini?  Memang betul saya sedang mencari sebuah tempat baru di dunia ini dimana sebaiknya saya hanya tutup mulut dan tetap cantik (ngomong-ngomong mati muda adalah cara yang mengerikan untuk mendapatkannya) yang menjadikan saya seorang anak kecil yang marah. Juga benar saya masih merasa sangat tidak aman dan menginginkan perhatian dan cinta universal dan tidak punya petunjuk bagaimana cara mendapatkannya. Dan demikian juga, betul saya sirik, dan dengki dan iri hati dengan hal-hal yang tidak saya miliki. Yang adalah lebih kepada - surprise, surprise - bukanlah dahi tanpa kerutan atau bibir penuh, atau karir cemerlang, tapi kepercayaan diri. Sungguh kepercayaan diri: sesuatu yang seharusnya ada seiring umur dan yang kerap saya lihat sekilas dari kejauhan, hal yang saya katakan pada diri sendiri, saya sudah membangunnya dengan mengandalkan akal dibandingkan tampang.

Saya menyimpan daftar para pahlawan wanita saya, para wanita yang berani menjadi tua, dan saya selalu dengan bodohnya bersyukur melihat wanita-wanita ini menjadi sorotan media. Saya baru tahu kalau Jamie Lee Curtis, salah satu wanita di daftar saya, dan Madonna adalah sebaya. Memandang foto keduanya bersebelahan adalah sebuah pengungkapan. Yang satu terlihat tidak lebih tua dari umur 30, berkarakter keras, nekat dan lapar. Yang satunya terlihat cukup tua untuk menjadi ibunya, namun bercahaya, percaya diri, dan puas. Saya sudah tahu, saya terlalu sombong dan terlalu gelisah untuk mengikuti langkahnya. Hal inilah dan siapa yang bikin saya iri.

Tapi bahkan ketika saya berjuang dengan pilihan-pilihan - menua, sedikit menua, tidak menua sama sekali - saya sadari bahwa saya telah diberkahi dengan berada di posisi menua. Menjadi tua adalah sebuah kehormatan, bukan hak lahir, meskipun kebanyakan dari kita di dunia beradab ini sepertinya telah melupakannya. Pilihan untuk "tidak menua" sesungguhnya diperuntukkan bagi para wanita mapan dengan banyak uang dan waktu. Saya bertemu dengan banyak wanita semacam ini di pesta-pesta dan pertemuan-pertemuan sosial, dan mereka semua menyenangkan, sangat ramah, murah hati, dan seringkali jauh lebih pintar dari saya. Jadi waktu saya menanyakan mereka semua siapa yang akan mereka pilih sebagai simbol menua dengan anggun, pilihan populer yang membanjir adalah Madonna, membuat kecil hati. Dengan banyaknya pilihan yang kita punya, dengan para wanita cantik, kuat dan berkuasa di usia 40-an dan 50-an (Oprah? Arianna Huffington? Kathryn Bigelow? Christiane Amanpour? Dan meskipun saya sebal menyertakannya, Sarah Palin?), pilihannya adalah seorang wanita yang memilih untuk TIDAK menua. Tentu saja, tendangannya adalah: Belia buatan membutuhkan banyak perawatan. Perawatan membutuhkan banyak waktu.

Jadi semakin banyak waktu kamu kejar - semakin banyak waktu tersia-sia.

*Sebagai catatan, Paulina Porizkova rajin menggunakan krim wajah siang hari dengan SPF 30, rain or shine (Olay ProX, pewarna Dr. Denise atau Patricia Wexler), ia juga menggunakan Clairisonic tiap malam, diikuti dengan perawatan kerutan dalam intensif Patricia Wexler. Ia juga pernah menjalani perawatan pemanasan kulit (Thermage) sekitar tiga tahun lalu saat ia mampu membayarnya. Foto sebelum dan sesudah masih terlihat mirip. Ia juga menjalani dua perawatan Fraxel di garis tawa kedua di dekat mulut, juga sekitar tiga atau empat tahun lalu. Garis tersebut tidak pernah hilang, tapi juga tidak jadi bertambah dalam. Putusannya adalah ia tidak melihat perbedaannya, tapi saat ia punya kelebihan uang $ 7,000 dengan cara mengecilkan pantat, ia akan melakukannya lagi.

Sumber: Shine from Yahoo!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar