Jumat, 05 November 2010

Bagaimana Sembilan Bulan Pertama Membentuk Seluruh Hidup Kita (4) - Tamat

janin
Catherine Monk, seorang asisten profesor psikiatri di Universitas Columbia telah mengajukan sebuah proposal yang bahkan lebih mengejutkan: keadaan mental wanita hamil bisa membentuk jiwa keturunannya. "Penelitian menunjukkan bahwa bahkan sebelum lahir, suasana hati ibu bisa mempengaruhi perkembangan anak," kata Monk. "Bisakah suasana hati ibu dikirimkan ke janin? Jika demikian, cara pengiriman apa yang digunakan? Dan bagaimana suasana hati yang demikian bisa mempengaruhi perkembangan janin? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan baru untuk ditanyakan," katanya. "Kami masih mencari cara bagaimana mendapatkan jawaban dari janin."

Nyatanya, Monk dan rekan-rekan kerjanya telah melalui beberapa cara dengan meletakkan janin di kursi. Di laboratoriumnya, wanita hamil yang depresi atau cemas dan wanita hamil dengan suasana hati normal dihubungkan dengan peralatan untuk mengukur pernapasan, detak jantung, tekanan darah dan getaran sistem syaraf, serta gerakan dan detak jantung janin mereka, dan kemudian mendapat latihan tantangan mental. Semua wanita menunjukkan tanda-tanda fisiologi stres sebagai respon dari tes tersebut, tapi hanya janin dari wanita depresi dan cemas yang menunjukkan gangguan mereka sendiri.

"Perbedaan ini memberi kesan bahwa janin-janin tersebut sudah lebih peka terhadap stres," kata Monk. "Mungkin hal tersebut disebabkan kecenderungan genetik yang diturunkan dari orangtuanya. Atau bisa karena sistem syaraf janin sudah terbentuk oleh keadaan mental ibu mereka." Detak jantung dan tekanan darah para wanita tersebut, atau tingkat hormon stres mereka bisa mempengaruhi lingkungan dalam rahim selama lebih sembilan bulan kehamilan, Monk menjelaskan, mempengaruhi lingkungan pertama seorang individu dan dengan demikian membentuk perkembangannya.

Perbedaan-perbedaan yang Monk temukan di antara janin-janin tersebut tampak tetap ada setelah kelahiran. Dan disebabkan pola dasar fisiologi seperti detak jantung berhubungan dengan perbedaan lebih umum dari temperamen, kata Monk, "bisa saja akar dari variasi temperamental kembali ke rahim."

Bahkan bisa saja kasus keadaan mental pada wanita hamil mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit mental keturunan di kemudian hari. "Sebagian orang memiliki kecenderungan genetik terhadap kondisi seperti depresi dan kecemasan," kata Monk. Dan seperti kita ketahui, dibesarkan oleh orangtua berpenyakit mental bisa meningkatkan resiko penyakit mental pada keturunannya. Hal ini mungkin saja  karena lingkungan di dalam rahim adalah jalan ketiga dimana penyakit mental diturunkan dalam keluarga." Penelitian semacam ini, kata Monk, "menarik ke belakang garis awal kapan kita menjadi siapa kita sekarang."

Kembali Ke Masa Depan
10 tahun yang lalu, saat Matthew Gillman, seorang profesor dari populasi kedokteran Universitas Harvard, meluncurkan proyek Viva - sebuah kajian pada lebih dari 2,000 anak-anak di area Boston sejak mereka masih janin - ia ingin menjelajahi efek masa kecil pada kesehatan di kemudian hari. "Namun penelitian David Barker membuat saya ingin tahu: Kapan pengalaman-pengalaman ini sesungguhnya dimulai?" kata Gillman. "Saya kemudian pikir dimulai sebelum kelahiran, jadi kajian saya harus mulai dari situ juga." Proyek tersebut sudah mulai menjelaskan fetal origins dari asma, alergi, obesitas dan penyakit jantung, demikian pula peran faktor kehamilan dalam perkembangan otak.

Akan ada lebih banyak pengungkapan. Tahun ini, 100,000 wanita hamil pertama mulai mendaftar pada Kajian Anak-anak Nasional (National Children Study), sebuah usaha besar yang didanai negara dalam membuka tabir akar perkembangan kesehatan dan penyakit. Para peneliti mengadakan wawancara dengan para wanita mengenai perilaku mereka selama kehamilan; contoh rambut, darah, air liur dan kencing mereka; dan menguji air dan debu di rumah mereka. Para wanita dan anak-anak mereka akan terus diikuti hingga keturunan mereka berusia 21 tahun, dan hasil pertama dari kajian ini, mengenai penyebab kelahiran cacat dan prematur, diharapkan tersedia pada tahun 2012.

Sebuah cabang lain dari penelitian tersebut adalah membangun intervensi yang ditujukan pada pencegahan penyakit. David Williams, kepala peneliti Institut Linus Pauling di Universitas Negeri Oregon, menguji gagasan bahwa zat-zat tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan bisa menyediakan bagi keturunan perlindungan kimia seumur hidup terhadap penyakit. Dalam kajian William, keturunan tikus yang mencerna phytochemical yang berasal dari tumbuhan jenis kol seperti brokoli dan kol selama kehamilan kecil kemungkinan terkena kanker, bahkan ketika terpapar oleh apa yang dikenal dengan karsinogen. Setelah dihentikan, para keturunan dalam percobaan William tidak lagi mendapatkan bahan kimia pelindung ini lagi, namun mereka tetap terlindung dari kanker secara baik hingga usia dewasa. Ia meramalkan, suatu hari, wanita hamil akan diberi resep sebuah suplemen diet yang akan melindungi anak-anak mereka kemudian dari kanker. "Ini bukan fiksi ilmiah," katanya. "Saya pikir kita sedang menuju kesana."

Kumpulan sedikit pengetahuan dari fetal origins bahkan mungkin bisa bermanfaat bagi mereka yang lahir di masa lalu. "Saya selalu menanyakan pasien dewasa saya berapa berat lahir mereka," kata Marry-Elizabeth Patti, seorang profesor asisten di Sekolah Kedokteran Harvard dan seorang dokter ilmuwan di Universitas afiliasi Joslin Diabetes Center. "Pasien seringkali terkejut dengan pertanyaan tersebut - mereka kira akan ditanya tentang gaya hidup terkini mereka. Namun kita ketahui bayi dengan berat tubuh rendah menjadi orang dewasa yang memiliki resiko diabetes lebih tinggi, jadi mendapatkan informasi tersebut memberi gambaran lebih lengkap dari kasus mereka." Patti sedang meneliti bagaimana data berat lahir pasien bisa diwujudkan ke dalam rangkaian pengobatan yang disesuaikan.

Kemungkinan ini mungkin terdengar aneh dan mengejutkan, tapi gagasan bahwa diri dewasa kita berhutang apa saja pada pengalaman selama masa kanak-kanak kita juga pernah dianggap tidak masuk akal - sebelum Sigmund Freud pertama kali menunjuk perhatian kita pada masa-masa pembentukan tersebut. Seiring waktu dan fakta, ide bahwa kesehatan dan kesejahteraan kita terbentuk pada masa kehamilan juga bisa kelihatan masuk akal. Mungkin anak-anak kita, yang fotonya diambil pertama kali bukan di buaian rumah sakit tapi di dalam rahim, sama sekali tidak akan menganggap aneh ide fetal origins.

Seperti bagi saya, bayi yang pernah ada di dalam perut saya selama sembilan bulan kini adalah seorang anak balita dengan rambut warna pasir bernama Gus. Dari mana sifat-sifat khususnya berasal? Akankah ia menjadi kuat atau sakit-sakitan, periang atau tenang? Akan jadi apa ia di masa depan? Pertanyaan-pertanyaan ini yang telah lama direnungi para orangtua tentang anak-anak mereka. Lagi dan lagi, tampaknya banyak dari pertanyaan tersebut akan ditemui di dalam rahim.

Disadur dari Origins: How The Nine Month Before Birth Shape The Rest Of Our Lives, oleh Anne Murphy Paul dipublikasikan bulan September oleh Free Press 

Sumber: Time 

1 komentar:

  1. blog kamu menarik n simple. salam kenal juga oia, link blog kamu sudah saya pasang pada blog saya, terimakasih.

    BalasHapus