Jumat, 13 Juni 2014

Tentang Uang: Mengurangi Rasa Cemas

Apa yang Goethe ajarkan dalam mengupayakan hubungan sehat dengan keuangan kita.

Pertanyaan bagaimana orang mengeluarkan dan menghasilkan uang telah menjadi obsesi kebudayaan sejak permulaan sejarah ekonomi, namun yang melatarbelakanginya secara psikologis kadang mengejutkan dan seringkali penuh dengan berbagai kecemasan. How to Worry Less about Money, salah satu tulisan di serial The School of Life, karya filsuf Melbourne Business School John Armstrong, memandu kita untuk melihat gambaran besar kita sendiri "tentang uang dan perannya di dalam kehidupan," melampaui pandangan monokultur kita yang sempit dan seringkali menindas.

Ia mulai dengan perbedaan penting, jantung yang menggemakan nasihat James Gordon Gilkey tahun 1934 "how not to worry." Armstrong menulis:

"Buku ini tentang rasa cemas. Bukan tentang kesulitan keuangan. Terdapat perbedaan penting. Kesulitan adalah mendesak. Meminta tindakan langsung...Sebaliknya, rasa cemas seringkali lebih menceritakan tentang si orang yang merasa cemas, bukan tentang dunianya.

[...]

Jadi, menyikapi kecemasan keuangan seharusnya cukup berbeda dari urusan tentang kesulitan keuangan. Untuk menyikapi kecemasan, kita harus memperhatikan pola pikir (ideologi) dan skema nilai (kebudayaan) sebagaimana mereka berperan dalam eksistensi individual pribadi kita sendiri."

Sementara nasihat keuangan modern cenderung jatuh ke dalam dua kategori utama - bagaimana mendapatkan uang lebih banyak dan bagaimana bertahan hidup dengan uang lebih sedikit - Armstrong menunjukkan, hal ini menjelaskan lebih rinci tentang keterikatan budaya pada kesulitan, bukan rasa cemas. Ia menulis:

"Hal ini jadi masalah karena motif uang meresap sangat dalam di kehidupan kita. Hubungan seseorang dengan uang adalah seumur hidup, mewarnai kesadaran identitas seseorang, membentuk perilaku seseorang terhadap orang lain, menyambung dan memisahkan generasi; uang adalah arena di mana keserakahan dan kedermawanan dimainkan, di mana dilakukan kebijaksanaan dan kebodohan. Kebebasan, hasrat, kekuasaan, status, pekerjaan, kepemilikan: gagasan-gagasan besar yang memerintah kehidupan ini ditegakkan, hampir selalu, di dalam dan di sekitar uang."

Ia menggunakan sebuah analogi dari "the philosophy of teaching" yang membedakan antara pelatihan dan pendidikan:

"Pelatihan mengajarkan bagaimana mengerjakan tugas tertentu dengan lebih efisien dan lebih bisa diandalkan. Pendidikan, di sisi lain, membuka dan memperkaya pemikiran seseorang. Untuk melatih seseorang, Anda tidak perlu tahu apapun tentang siapa mereka sesungguhnya, atau apa yang mereka sukai atau mengapa. Pendidikan menjangkau untuk memeluk keseluruhan orang tersebut. Secara sejarah, kita memperlakukan uang sebagaimana halnya pelatihan, bukan pendidikan dalam arti lebih luas dan lebih bermartabat."

Hal yang mendukung kecemasan keuangan, Armstrong berpendapat, adalah empat pertanyaan utama yang kurang lebih berhubungan dengan pendirian keuangan kita, bukan dengan faktor-faktor emosi psikologis dan sosial - pertanyaan tentang mengapa uang penting bagi kita, berapa banyak uang kita perlukan untuk mencapai hal-hal yang penting bagi kita, apa cara terbaik memperoleh uang, dan apa tanggung jawab ekonomi kita terhadap orang lain dalam proses memperoleh dan menggunakan uang. Kita tidak akan pernah mengatasi kecemasan keuangan kita, kecuali kita menyadari pertanyaan-pertanyaan pendukung tersebut:

"Kecemasan kita - jika berhubungan dengan uang - adalah sama besar secara psikologi dan ekonomi, sama besar secara kejiwaan maupun saldo rekening."

Di antara strategi kunci untuk meredakan kecemasan semacam itu adalah dengan membangun hubungan baik dengan uang yang sejalan dengan dinamika antar manusia:

"Salah satu ciri hubungan baik adalah: Anda jadi lebih tepat dalam menetapkan tanggung jawab. Ketika hal-hal tidak berjalan sebagaimana mestinya, Anda dapat melihat seberapa besar kesalahan Anda dan seberapa besar kesalahan orang lain. Dan hal yang sama berlaku ketika keadaan berjalan baik. Anda menyadari bahwa sebagian darinya disebabkan apa yang Anda lakukan dan sebagian lainnya merupakan kontribusi mitra Anda.

Model ini diterapkan pada uang. Ketika hal-hal berjalan baik atau buruk, sebagian disebabkan oleh Anda yang menjadikan situasi tersebut terjadi dan sebagian disebabkan oleh uang. Apa yang disebabkan oleh uang merupakan tingkat tertentu kekuatan pengeluaran Anda.

Apa yang Anda bawa kepada hubungan ini termasuk imajinasi, nilai, emosi, perilaku, ambisi, rasa takut, dan memori. Jadi, hubungan tersebut sama sekali bukan hanya tentang fakta-fakta murni ekonomi seberapa banyak Anda menghasilkan uang dan seberapa banyak Anda mengeluarkan uang.



Penelitian diskusi menunjukkan bahwa dengan lebih banyak uang, setelah ambang batas tertentu, tidak berarti lebih bahagia. Armstrong mengajukan definisi penting kebahagiaan:

"Ketika kita bicara tentang kebahagiaan, apa yang ada di pikiran? Mungkin kombinasi keceriaan dan ketentraman; Anda merasa gembira namun aman."

Hubungan uang dengan sifat-sifat tersebut, ia berpendapat, "adalah nyata namun menyusut." Uang dapat membeli perlengkapan keceriaan - cokelat, liburan akhir-pekan, sepatu mahal - namun banyak orang merasa tidak bahagia meski memiliki semua itu. Penjelasannya, menyadur the philosophy of Alan Watts, mengarah pada kesimpulan jelas:

"Uang dapat membeli simbol-simbol namun tidak bisa membeli penyebab ketentraman dan keceriaan. Dengan cara lebih lugas kita harus setuju bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan."

Karena pendapat utama Armstrong berlandaskan pada gagasan bahwa kebudayaan kita condong menyikapi kesulitannya, bukan menegaskan kesejahteraannya, sejajar dengan keterputusan yang Martin Seligman amati di bidang psikologi ketika ia menemukan gerakan psikologi positif, maka tidak heran, gagasan kunci Armstrong dalam memecahkan cermin teka-teki filosofi Seligman dalam mengembangkan kebahagiaan. Tentu saja, Armstrong berpendapat, meskipun keceriaan dan ketentraman menarik hati, mereka membatasi cerminan apa yang orang sungguh inginkan di dalam kehidupan.

"Kebanyakan orang menyadari perlunya mereka melakukan sesuatu bagi orang lain. Ada ketakutan mendalam bahwa seseorang akan menjalani kehidupan hampa - tanpa berkontribusi atau membuat perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain.

[...]

Berkembang artinya terlibat dalam hal-hal yang penting untuk Anda lakukan, melatih kapasitas Anda, secara aktif mencoba untuk "sadar" tentang apa yang Anda sayangi dan menjadikannya nyata. Namun aktivitas tersebut melibatkan rasa cemas, kengerian terhadap kegagalan dan kemunduran, demikian pula perasaan puas, keberhasilan sesekali, dan momen-momen kegembiraan."

Dan hal tersebut sama sekali bukan gerakan yang mendatarkan dimensi penuh pengalaman manusia:

"Kehidupan yang baik adalah tetap kehidupan. Harus melibatkan andil penuh penderitaan, kesepian, kekecewaan dan tiba pada masa kefanaan manusia, kematian orang-orang yang kita cintai. Untuk menjalani kehidupan sebaik 'hidup', melibatkan semuanya."

Meski hal-hal yang bisa didapatkan dengan uang - seperti kekuasaan, pengaruh, dan akses ke sumberdaya - mungkin bukan jalan pintas menuju keceriaan dan ketentraman, Armstrong berpendapat, hal-hal tersebut berhubungan rumit dengan perkembangan karena memungkinkan Anda untuk mengejar hal-hal yang penting bagi Anda, dalam proses berkontribusi pada kehidupan orang lain. Di sini, hubungan antara jumlah uang dan potensi perkembangan tidak sedatar cara yang dilakukan untuk kebahagiaan dalam pengertian lebih sempit.


Titik kunci Armstrong, tapi, adalah bahwa sementara korelasi pertumbuhan mungkin secara langsung proporsional, uang bukan penyebab perkembangan melainkan ramuan di dalamnya, satu-satunya sumberdaya membangun kehidupan yang kita inginkan, diubah oleh kebajikan:

"Uang membawa konsekuensi baik - membantu kita menjalani hidup yang bernilai - hanya jika digabungkan dengan kebajikan." Kebajikan adalah kemampuan baik pikiran dan karakter.

Daftar kebajikan Benjamin Franklin seperti kesederhanaan, hemat, dan sikap tidak berlebihan adalah keterampilan penting lain dalam meredakan kecemasan keuangan kita - kemampuan untuk membedakan antara hasrat dan kebutuhan. Pembeda hasrat-kebutuhan, menurut Armstrong, berguna untuk menangkal hasrat semata, seperti mengidamkan kilauan gejet terkini, meskipun nilai faedahnya kecil, atau sepeda baru licin mengkilap itu, meski yang lama sama sekali baik-baik saja.

"Jika kita ingin bijak tentang uang kita harus menahan dorongan hati untuk menuruti hasrat kita dan berkonsentrasi untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan.

Kebutuhan sifatnya lebih dalam - terikat dengan cerita serius kehidupan seseorang. "Apakah saya membutuhkan ini?" merupakan cara bertanya: seberapa penting benda ini, seberapa penting hal tersebut menjadi versi baik diri saya; sesungguhnya untuk apa di kehidupan saya? Pemeriksaan ini dibuat untuk membedakan kebutuhan dengan keinginan semata. Merupakan pembeda yang baik untuk dibuat.

Namun penting untuk melihat bahwa hal tersebut tidak sama dengan perbedaan "sederhana vs hebat." Kebutuhan kita tidak selalu untuk sesuatu yang lebih kecil, lebih sedikit, atau lebih murah."

Tujuan utama pembelian, menurutnya, adalah untuk membantu kita berkembang. Maka dari itu strategi untuk menguasai keseimbangan kebutuhan/keinginan terletak pada tidak menyatukan kedua bagian tersebut dengan hal-hal yang kita kenal seperti kebutuhan dasar/penyempurnaan ("perbedaan tingkat kerumitan sebuah benda") atau murah/mewah ("perbedaan yang berhubungan dengan harga dan permintaan"). Sebagai gantinya, ia menyarankan pendekatan yang kelihatannya melawan intuisi - mempertimbangkan kebutuhan kita terlebih dulu, tanpa mempertimbangkan harga.

Namun, pada akhirnya, Armstrong berpendapat, hal-hal yang paling penting bagi perkembangan kita - apapun yang mungkin didiktekan monokultur kita - seringkali tidak berhubungan dengan barang-barang materi.

"Langkah kemajuan penting di dalam kehidupan ekonomi individu dan masyarakat adalah kemampuan mereka menyeberang dari barang-barang urutan tengah ke barang-barang urutan lebih tinggi. Terkadang kita perlu mengurangi kelekatan kita dengan kebutuhan tengah seperti status dan glamor dalam rangka berkonsentrasi pada hal-hal lebih tinggi. Hal ini tidak memerlukan lebih banyak uang; namun kemandirian berpikir."

Tetap, keterkaitan spiritual dan material sulit diselesaikan:

"Terdapat alasan cukup pelik mengapa kita harus terus menerus peduli tentang memiliki dan melakukan. Keduanya memiliki keterkaitan bagi perkembangan.

Apa yang kita lakukan dalam hidup jelas menentukan siapa kita. Kita mengeluarkan tenaga mental kita pada apa, kita meletakkan sumberdaya emosi kita pada apa, di mana kita menyebarkan keteguhan hati atau keberanian atau kebijaksanaan atau komitmen; hal-hal tersebut merupakan bagian utama eksistensi dan mau tidak mau sangat berhubungan dengan pekerjaan, dan menghasilkan uang. Dan kita membutuhkan bagian eksistensi ini untuk menemukan penerapan tepat di dalam aktivitas yang layak mendapatkan upaya terbaik kita. Kita tidak ingin menyediakan kapasitas terpusat kita untuk hal-hal kurang penting di dalam kehidupan.

Apapun pemikiran umum tertentu kebudayaan, Armstrong menunjukkan bahwa, justru disebabkan desakan-desakan paralel ini, melakukan dengan baik dan melakukan kebaikan tidak harus eksklusif saling menguntungkan, dan sesungguhnya bisa terdapat korelasi lurus positif antara nilai intrinsik dan ekstrinsik ganjaran materi :

"Pada level individual, seseorang mencoba menemukan cara membuat ini terjadi di dalam kehidupannya sendiri, namun disebabkan nilai intrinsik bukan hanya apa yang baik bagi saya, namun apa yang sesungguhnya baik, hal ini menjadi layanan publik juga. Punya keinginan menghasilkan cukup banyak uang bukan berarti serakah - jika Anda ingin menjadikannya sebagai ganjaran melakukan hal yang benar-benar baik bagi orang lain."

Dalam mempertimbangkan perbedaan lain yang cukup penting - antara harga dan nilai - Armstrong membuat pembeda kunci, yang merupakan intuisi kebanyakan dari kita namun jarang bisa disampaikan dengan lancar:

"Harga adalah perihal publik - negosiasi antara persediaan dan permintaan. Harga sebuah barang ditetapkan dalam persaingan. Jadi harga sebuah mobil ditentukan oleh berapa banyak orang yang menginginkannya, berapa mereka bersedia membayar, dan seberapa siap pabrikan menjual. Merupakan aktivitas publik: banyak orang terlibat dalam prosesnya, namun suara Anda hampir tidak berpengaruh dalam penentuan harga.

Nilai, di sisi lain, adalah pertimbangan keindahan, kelayakan pribadi - akhirnya ditentukan secara individual, dan muncul dari persepsi, kebijakan, dan karakter mereka."

Armstrong menemukan keterampilan tertentu pada isu pengelolaan kecemasan keuangan kita:

"Pada akhirnya, seseorang mengolah seni - salah satu seni politik kecil, seni keuangan rumah tangga. Dengan mengatakan bahwa ini adalah seni, seseorang jadi punya gagasan bahwa terdapat banyak motif dan ganjaran, yang terintegrasi. Terdapat nilai keindahan atau tatanan - keindahan fisik yang dihubungkan dengan kemurnian dan kejernihan - seperti keindahan tabel periodik, atau keanggunan persamaan matematika, atau ketepatan sebuah nada dalam sonata. Keindahan klasik."

Di dalam bab yang membahas persoalan kaum kaya, yang mampu menggunakan uang untuk memenuhi segala hasrat mereka, Armstrong menulis, dengan meringis dan mengedip pada "treadmill hedonis":

"Uang tidak membebaskan manusia dalam cara sebagaimana diharuskan anggapan kita.

[...]

Terdapat hubungan tidak sempurna antara hasrat dan perkembangan. Hasrat tujuannya kesenangan, sedangkan pencapaian kehidupan yang baik tergantung pada kebaikan yang kita ciptakan. Dan kesempatan menuruti apapun yang mungkin jadi keinginan seseorang adalah musuh dari upaya, konsentrasi, kesetiaan, kesabaran dan pengorbanan diri yang diperlukan jika kita ingin mencapai akhir yang bermanfaat."

Armstrong menggarisbawahi sejumlah strategi praktis dalam memperbaiki hubungan kita dengan uang dan dengan demikian mengatasi kecemasan kita, disimpulkan dengan anekdot sangat bagus, seorang laki-laki yang jadi contoh hubungan paling sehat: Goethe.

Keberadaban ideal: keanggunan dan kesetiaan pada pekerjaan. Lukisan: Jonathan Joseph Schmeller, Goethe mendiktekan sesuatu kepada sekretarisnya, John. 1831.



"Melalui banyak tulisan tentang pengalamannya sendiri, kita tahu ia bertekad dibayar mahal untuk hasil karyanya. Dengan latar belakang keluarga berkecukupan, namun ingin mandiri. Ia berganti-ganti karir, dari hukum hingga penasihat pemerintah, demi punya penghasilan lebih (pada masa itu masuk akal. Ia menghadapi kemunduran serius). Novel pertamanya sangat populer tapi tidak menghasilkan uang karena undang-undang hak cipta yang tidak memadai. Lalu, ia menegosiasikan kontrak lebih baik. Goethe sangat kompeten dalam hal keuangan, membuat catatan pendapatan dan pengeluaran dengan sangat teliti. Ia menyukai yang bisa dibeli uang - termasuk mantel rumah bergaya (ruang kerjanya tanpa penghangat). Tapi untuk semuanya, uang dan kecemasan keuangan tidak mendominasi pusat kehidupannya. Ia menulis tentang cinta dan keindahan dengan sangat peka. Betul-betul realistis dan pragmatis soal keuangan, namun tidak menjadikannya abai untuk menjajagi konsep kehidupan yang lebih besar, lebih penting."

Sumber: Brainpickings (Diterjemahkan bebas dan disarikan dari tulisan Maria Popova)

2 komentar:

  1. Halo,
    Perkenalkan, Nama saya Wenny
    Saya adalah development dari ForexMart, Kami melihat website anda dan kami ingin mendiskusikan kerjasama kemitraan dengan Anda. 
    Boleh saya minta kontaknya untuk menjelaskan lebih lanjut atau anda bisa langsung menghubungi saya ke wenny@forexmart.com, terimakasih

    BalasHapus