Chris Parnell |
Walau heran ia merasa sedikit lega dan berharap peristiwa tersebut tentunya peristiwa salah tangkap, pasti sebuah kesalahan karena ia yakin tidak melanggar hukum apapun. Malam itu ia dibawa ke kantor polisi. Di kantor polisi ia bertemu Doggy, dan segera menduga temannya telah melakukan pelanggaran hukum yang menyeretnya hingga terlibat. Dari kantor polisi ia dan Doggy di bawa kembali ke hotel untuk ditunjukkan bukti mengejutkan. Kepala polisi memamerkan sejumlah patung yang di dalamnya terdapat dua belas kilo hashish. Chris terkejut sekali, dan pikirannya langsung tertuju ke Doggy, pasti Doggy yang menyelundupkannya dan karena ia tiba di Bali bersamanya maka ia jadi terseret dalam kesulitan ini. Ia tanya Doggie, ada apa ini? Doggy jawab tidak tahu.
Mereka di bawa kembali ke kantor polisi dan menjalani prosedur penahanan. Menerakan sidik jari pada sebuah formulir dan ditahan di dalam penjara kantor polisi. Chris diberi tawaran apabila kasusnya mau dibikin kecil ia harus menandatangani sebuah cek pelawat, atau kasusnya akan jadi besar. Chris yang merasa tidak bersalah menolak dan membuat kepala polisi naik pitam. Keesokan harinya, ia mengetahui Doggy telah dibebaskan, ia lega mengira dirinya tentu akan dibebaskan pula. Dan salah.
salah satu gambar adegan film |
Ia di bawa kembali ke penjara Kerobokan, di sana ia mengusahakan dua kali lagi pelarian yang semua gagal. Setelah usaha pelarian ketiga, ia dipindah ke penjara Malang, Jawa Timur. Beberapa lama tinggal di sini, ia harus mengalami percobaan pembunuhan oleh seorang napi anggota geng Makasar yang terkenal sadis dan tidak ragu menghilangkan nyawa sesama narapidana. Suatu pagi, sekitar jam enam, penjahat ini berada di atas tubuhnya berusaha menusuk dengan sebilah pisau. Pertarungan sengit terjadi, ia berusaha mengelakkan pisau dari tubuhnya sampai akhirnya merasakan pisau menghunjam dada. Chris susah payah bangkit, segera si penjahat Makasar menarik kakinya. Chris terjerembab, berusaha bangun. Berhasil namun setelah itu nafasnya sesak dan tumbang. Tidak sadarkan diri ia diangkut ke rumah sakit. Di sana ia dinyatakan meninggal. Saat itu ia merasa tubuhnya bergantian panas dan dingin. Ia juga melihat tubuhnya sendiri terbaring di dipan rumah sakit. Dengan keinginan kuat untuk hidup, tangannya berangsur hangat dan kembali ia sadar, bangkit dari kematian. Kemudian diketahui ia telah ditusuk di beberapa bagian tubuh termasuk mata kiri sehingga membuatnya buta permanen. Chris Parnell tinggal di penjara selama sebelas tahun sebelum akhirnya, dengan usaha keluarga dan teman-teman di Australia, dibebaskan di tahun 1996.
Begitu ringkasan film Locked Up Abroad: Indonesia, produksi National Geographic berdasar kisah nyata Chris Parnell, lelaki Australia yang konon korban salah tangkap di Bali. Lihat cuplikan videonya. Di sini film lengkapnya.
Kini Chris Parnell hidup dengan keluarga baru, seorang istri dan anak, ia masih pemilik akademi berkuda Kathmandu dan menjalani sisa hidupnya sebagai penulis. Ada pernyataannya yang tidak ada di film, "Saya mendapatkan pelajaran, seseorang tidak seharusnya menelantarkan mimpinya. Karena jika demikian... suatu hari kamu akan melihat sekeliling dan menemukan mimpimu telah menelantarkan kamu. Sepertinya satu-satunya hal yang bisa saya tambahkan adalah jangan pernah bertahan dalam penyesalan. Karena tidak ada sesuatu yang manis bisa ditarik dari sekotak penyesalan."
Bukan bermaksud menjelekkan sesama bangsa, hanya agar bisa ditarik pelajaran dari film ini, yang namanya film tentu didramatisir biar lebih seru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar