Kamis, 19 Agustus 2010

Si Kabayan dan Profesor

Si Kabayan dan Profesor duduk berhadap-hadapan di sebuah kereta api menuju suatu tujuan. Mereka tidak saling kenal sebelumnya, itulah sebabnya mereka tidak saling bercakap-cakap. Untuk mengusir kebosanan, Profesor mengajak Kabayan untuk main tebak-tebakan.

"Bagaimana kalau kita main tebak-tebakan?" tanya Profesor.  Kabayan hanya diam saja sambil memandang keluar jendela. Profesor jadi gusar, "Kabayan ayo kita main tebak-tebakan!"

"Aku akan mengajukan pertanyaan padamu, apabila kamu tidak bisa menjawabnya kamu harus memberi aku Rp. 5,000. Tapi kalau kamu bisa menjawabnya maka aku bayar kamu Rp. 50,000." ujar Profesor. Kabayan mulai tertarik.



Profesor melanjutkan. "Kemudian giliran kamu yang bertanya. Apabila aku tidak bisa menjawab, maka aku beri kamu Rp. 50,000. Kalau aku bisa jawab kamu yang harus bayar aku Rp. 5,000. Bagaimana?" demikan Profesor mengajukan penawaran. Mata Kabayan berbinar-binar "Baik kalau begitu. Silakan ajukan pertanyaan."

"OK" sahut Profesor dengan cepat. "Pertanyaanku, berapa jarak yang tepat antara bumi dan bulan?"

Kabayan tersenyum karena tidak tahu jawabannya. Ia pun merogoh saku untuk menyerahkan Rp. 5,000 kepada Profesor. Dengan gembira Profesor menerima uang itu. "Sekarang giliranmu."

Kabayan berpikir sejenak lalu bertanya "Binatang apa yang ketika naik gunung kakinya dua, tapi ketika turun gunung kakinya empat?"

Profesor berpikir keras mencari jawabannya. Ia melakukan coret-coretan perhitungan dengan kalkulatornya. Kemudian mengeluarkan laptop, menghubungkannya dengan Internet dan melakukan pencarian di beberapa situs ensiklopedi. Beberapa lama Profesor mencoba dan akhirnya menyerah. Dengan bersungut-sungut ia menyerahkan uang Rp. 50,000 dan Kabayan menerimanya dengan hati senang.

"Hai tunggu dulu!" Profesor berteriak. "Aku tidak terima. Apa jawaban dari pertanyaanmu tadi?"

Kabayan tersenyum pada Profesor dan dengan santai merogoh kantongnya untuk menyerahkan Rp. 5,000.

Sumber Shvoong

4 komentar:

  1. Cerita di atas mengajarkan kita untuk jangan menganggap orang lain tidak tahu apa yang kita ketahui karena di balik ketidaktahuannya mereka mengetahui apa yang kita tidak ketahui.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. moral cerita: kita bisa mengambil pelajaran dari siapa saja tanpa memandang status sosial ekonomi

    BalasHapus
  4. Maksudnya apa ya ini ceritanya, ini anekdot bukan ya?

    BalasHapus