Minggu, 26 Juni 2011

National Geographic's Locked Up Abroad: Indonesia

Chris Parnell
Chris Parnell warga negara Australia pemillik akademi berkuda Kathmandu, Nepal. Pada tahun 1985, ia bersama istri dan anak perempuannya yang masih kecil berlibur ke Bali, Indonesia. Di Kathmandu ia berteman dengan seorang bernama Doggy, dealer barang antik yang ikut dengannya ke Bali. Pada saat tiba di Bali, Chris sama sekali tidak menduga kalau perjalanannya ke Bali akan menjadi perjalanan paling buruk yang bisa dibayangkan. Semuanya berjalan lancar hingga ia tiba di salah satu hotel di Bali, temannya Doggy tinggal di kamar yang lain. Malam itu saat mereka tidur lelap, pintu kamar tiba-tiba terbuka dan beberapa orang masuk. Chris Parnell menduga mereka adalah perampok. Betapa terkejutnya Chris ketika tahu bahwa mereka ternyata polisi.

Senin, 06 Juni 2011

Keuntungan Dwibahasa oleh Claudia Dreifus

Ellen Bialystok
Seorang ahli sistem syaraf kognitif Ellen Bialystok selama hampir 40 tahun mempelajari bagaimana penggunaan dua bahasa bisa menajamkan pikiran. Berita bagusnya: Di antara keuntungan lainnya, penggunaan dwibahasa secara tetap tampaknya menunda serangan gejala penyakit Alzheimer. Dr. Bialystok, 62 tahun, seorang profesor peneliti terkemuka Psikologi di Universitas York, Toronto, dihadiahi $100,000 Killam Prize tahun lalu untuk sumbangsihnya di bidang ilmu pengetahuan sosial. Kami berbicara selama dua jam di kamar Washington Hotel pada bulan Februari dan lagi, baru-baru ini, lewat telepon. Sebuah versi hasil edit dari dua percakapan tersebut adalah sebagai berikut.

Kamis, 02 Juni 2011

Psikopat

Psikopati adalah sebuah penyakit atau gangguan kepribadian dengan tanda-tanda ketidakmampuan untuk membangun rasa kasih sayang dengan sesama manusia, dan kurangnya perasaan empati yang abnormal, ditutupi dengan penampilan secara lahir yang normal. Penderitanya disebut psikopat.

Karakteristik
Sifat dasar psikopat antara lain kekurangan atau penyimpangan di beberapa area hubungan antar personal, emosi, dan tingkah laku. Psikopat mendapatkan kepuasan dari tingkah laku anti-sosial, dan tidak mengalami rasa malu, penyesalan, atau rasa bersalah. Psikopat tidak merasa bersalah atau menyesal karena mereka telah melukai orang lain, malah merasionalisasi tingkah lakunya, menyalahkan orang lain, atau menyangkal. Psikopat juga kurang bisa berempati dengan orang lain pada umumnya, menghasilkan ketidakbijaksanaan, ketidaksensitifan.